About Me

Foto saya
makassar, Sulawesi selatan, Indonesia
Saya mencintai petualangan... otomatis saya menyukai tantangan.. Go Fight!

Translate

Selasa, 01 Maret 2011

Aborsi, Tak Punya Nurani

Tak habis pikir seorang manusia dengan tega mematikan nyawa baru yang seharusnya bisa bernafas lega di muka bumi ini. Sontak, nurani begitu mengecam tindakan pembunuhan terhadap bayi mungil yang seharusnya menikmati kasih sayang ilahi dari rahim seorang wanita. Aborsi, seperti inilah masyarakat mengenali tindakan tak berprikemanusian ini.
Karena status, masa depan, dan kondisi membuat seseorang yang belum menginginkan bayi mungil dengan tega melakukan hal ini. Tak habis pikir, seseorang yang berintelek pun mudah melakukan tanpa memikirkan nyawa sang bayi. Hemat kata, tak ada pembenaran alasan apapun tuk membunuh bayi hasil adu kasih sepasang kekasih, walaupun itu ilegal.
Miris, ketika seseorang melakukan tindakan ini. Kesedihan menyeruak atas nama kemanusian. Setega itukah manusia zaman sekarang? Peradaban maju yang tak diikuti nurani dan perikemanusian. Kesalahan yang ditutupi dengan kefatalan, bukankah ini hal yang sangat menyedihkan? Lalu mengapa masih ada manusia yang setega itu?
Dia, saya mengenalnya. Dia pernah melakukan Aborsi. Menurutnya, ia diminta oleh kekasihnya tuk melakukan tindakan beresiko itu. Kekasihnya tak mau bertanggung jawab karena menyangkut masa depan dan nama baik keluarga. Dan ia juga menyetujui keputusan ini karena ia takut mempermalukan keluarganya di kampung. Apalagi keluarganya termasuk keluarga terpandang. Keluarga si lelaki juga mengetahui hal ini. Namun, keluarga orang tuanya tak mendukung bila mereka harus menikah.
Sebaliknya, si lelaki mengatakan dia sempat melamarnya tuk menikah. Namun kekasihnya tak mau. Mungkin saja si wanita sudah terlanjur sakit hati dengan sikap plin-plan si lelaki sewaktu mereka pusing dengan jabang bayi yang menghantui mereka. Dan ingin memberikan pelajaran kepada si lelaki bila bukan hanya dia satu-satunya lelaki di dunia ini. 
Aborsi mereka lakukan tuk menutupi aib mereka. Padahal bayi di dalam kandungan si wanita juga berhak merasakan hidup di dunia ini. Sungguh, perbuatan dosa yang ditutupi dengan tindakan pembunuhan. Mereka berdua tak menyadari mereka telah menjadi pembunuh. Apalagi mereka tak merasa bersalah sedikit pun. Aneh, mereka malah mempersoalkan sakit hati yang tersisa karena perjalanan kasih mereka yang hancur gara-gara jabang bayi yang tak diharapkan.

2 komentar: