About Me

Foto saya
makassar, Sulawesi selatan, Indonesia
Saya mencintai petualangan... otomatis saya menyukai tantangan.. Go Fight!

Translate

Minggu, 27 Maret 2011

Menjadi Seorang Manager Iklan

Kala itu, di tahun 2009, Pemimpin Redaksi (Pemred) Pk identitas-Kanda Iqbal Jafar-berbicara empat mata dengan saya. Ia meminta saya menjadi staf iklan untuk Kanda Haryati Harnang, yang saat itu menjadi manager iklan. Saya tak begitu paham dengan posisi ini, namun karena jiwa saya sudah melekat di identitas, saya pun menyanggupi.
 
Bersama kanda yati, saya melewati beragam kisah. Saya belajar banyak hal darinya. Hal yang tak bisa saya lupakan dari seorang K yati adalah semangatnya yang pantang menyerah. Ia tak menyerah di awal kegagalan dalam melobi pihak pengiklan. Ia terus berjuang dan meyakinkan mereka agar mempercayai identitas sebagai media promosi yang layak. Go Fight, itulah istilah yang sering terlontar dari mulutnya. Penuh semangat, menjadikan dia inspirasi saya dalam mengejar Iklan untuk identitas.

Berawal dari sana, saya mulai banyak mengetahui tentang dunia promosi dan iklan untuk media. Secara perlahan saya mulai tertantang untuk mencari pundi-pundi kehidupan untuk biaya operasional identitas selama setahun. Maklum, identitas termasuk organisasi yang membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Setelah setahun mendampingi kanda yati, akhirnya di tahun 2010, saya harus mengisi posisi manager iklan. Tantangannya semakin berat. Atas permintaan kanda Hidayat Doe, yang saat itu menjadi Pemred 2010, saya pun mulai mengejar target iklan untuk identitas. Target yang saya capai tentunya berdasarkan hasil rapat Kerja. Dan di rapat tersebut saya dan peserta rapat yang lain memutuskan akan mencapai target dua iklan warna setiap bulan. Alhamdulillah, tuhan pun mengijinkan program kerja tersebut terlaksana. Beberapa pengiklan dari luar pulau sulawesi pun mempercayai identitas sebagai media promosinya. Beberapa klien iklan yang tercatat di identitas yakni dataprint dan PT Bayer. Klien Lokal pun juga turut memeriahkan iklan di identitas. beberapa diantaranya: Grahamedia dan Percetakan Maiqi.

Beberapa kerjasama dengan pihak luar pun dimanfaatkan oleh identitas. Tentunya kerjasama yang mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, pengabdian dan penelitian. Kerjasama yang berhasil dilaksanakan oleh bagian iklan pada saat itu adalah resensi buku dengan pihak Penerbit Erlangga dan Penerbit Andi. Kerjasama ini menguntungkan dari segi pendidikan karena setiap buku yang diresensi menjadi hak milik identitas secara cuma-cuma.

Saya sebagai Manager Iklan, melihat adanya peluang pada saat Pelantikan Rektor. Saya pun memanfaatkan momen ini dengan mengusung terbitan identitas awal bulan april untuk edisi Ucapan Selamat Pelantikan Rektor. Bukan hal yang mudah, karena sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, saya harus melaksanakan kewajiban Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Selama dua minggu di Kabupaten Bantaeng. Bersyukur, Tim Posko saya pada saat itu memahami tanggung jawab saya di identitas, mereka pun mengizinkan bila saya harus Bolak balik Makassar-Bantaeng. Pada saat itu, saya harus mengendarai yamaha Mio dengan kecepatan 80 Km/Jam menuju ke Makassar. Demi mengontrol iklan yang masuk dan menyesuaikan dengan space identitas. Sebuah tanggung jawab besar bagi saya, dan saya pun tak mengindahkan nilai nyawa saya pribadi. Tak hanya Nyawa, tapi Saya harus bertarung dengan kondisi dan supervisi PBL. terpaksa, dengan bantuan Tim Posko PBL saya, Posko Bombong, Saya berhasil bermain Petak Umpet dengan Supervisi.

Kerja keras bagian iklan juga harus dibuktikan di edisi pengumuman SNMPTN.dan menurut hemat saya, bukan hal yang mudah melewati masa-masa pengumuman. Saat itu, semua Teman di Jurusan memasuki Eforia Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya pun berniat menunda KKN, dan beberapa teman di Jurusan pun menyayangkan keputusan saya. Namun, Setelah Berpikir dengan matang, saya pun kemudian banting setir. Saya merasa Mampu Melaksanakan KKN sambil meng-organize kawan-kawan untuk edisi tahunan ini. Kemudian, saya pun menjalani KKN, namun sekali lagi saya harus bolak balik Bone-Makassar. Berbeda dengan tim posko PBL saya ketika di Bantaeng, tim Posko KKN saya tidak respek dengan kondisi saya pada saat itu. Akhirnya Hubungan dengan teman-teman di Posko Awang Tangka, Kurang Harmonis. dan Sempat menyisakan Tragedi dengan Koordinator Kecamatan, Hendra, yang pada Saat itu menjabat sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Renang Unhas. Namun, berkat toleransi dari supervisi saya yang juga bergelut di bidang kemahasiswaan Unhas, Pak cido (dosen sejuta umat di unhas), saya pun mendapat pemakluman untuk menunaikan tanggung jawab ini.

lolos ke Makassar bukan Hal yang mudah. Karena melalui proses yang tak mudah, pengejawantahan ketakmudahan itu saya aplikasikan dengan melaksanakan tanggung jawab dengan serius.

Salah satunya, ketika naskah pengumuman harus disambut di bandara, saya pun terjun langsung menemui Pembantu Rektor I, Bidang Akademik unhas. Sekira sejam saya menunggu Prof Dadang A. Suriamiharja di pintu kedatangan bandara. seorang diri dari identitas sambil duduk menyila, Prof Dadang pun muncul dari pintu kaca. saya pun dengan gerakan cepat menghampirinya dan ia pun dengan ramah menyapa dengan senyum ramahnya. Ia pun mengajak saya menuju ke Unhas dengan tumpangan mobilnya. saya pun mengiyakan dan bercerita banyak dengannya.

suasana pengumuman SNMPTN mulai memanas, ketika naskah pengumuman SNMPTN dalam bentuk Hardcopy. padahal, tak ada waktu banyak untuk melakukan scanning. walau demikian, Prof Dadang tetap menyemangati kami dengan bersabar dan melakukan scanning. Tak lama, sekitar Pukul 16.00, naskah pengumuman SNMPTN dalam bentuk Softcopy sudah kami terima. namun, lagi-lagi tuhan memberikan kami cobaan. Format naskah tersebut dalam bentuk Pdf. dan identitas tak dapat melakukan copy langsung ke program PageMaker. Kami pun mulai kehabisan akal. Dalam Keadaan hampir putus asa, bersama Kanda yani, saya pun menuju Tribun Timur, tempat identitas di cetak. saya bermaksud menyemangati teman-teman yang telah menuangkan waktu dan tenaganya tuk edisi pengumuman tersebut.

Cetak ke Online Masih Transisi

Ketika Andreas Harsono mengunjungi beberapa tempat tuk berdiskusi di Makassar, ia kerap menyampaikan agar media cetak dihentikan dan mulai fokus dengan media online. Pesan yang disampaikannya pun mendapat respon dari berbagai kalangan. Tak terkecuali di identitas, pernyataan wartawan kawakan jebolan Pantau ini sulit untuk segera dilakukan.
            Diskusi mengenai hal ini bukan pertama kalinya.  Pernah, dua tahun silam di Graha Pena, diskusi serupa dilakukan. Namun, pada saat itu masih banyak pihak yang menilai bahwa media cetak akan bertahan beberapa puluh tahun lagi. Tentunya dengan pertimbangan, kebiasaan orang yang membaca media cetak, tak semua orang bisa mengakses internet tuk online, dan berbagai pemikiran lainnya.
            Membantah media cetak yang masih akan eksis, ia mengatakan, google telah memperkirakan di Indonesia ada 225 juta telepon genggam dan 80 persen bisa terkoneksi dengan internet. Data ini menjadi masa depan bagi media online. Menurutnya, industri media yang ada di Makassar segera melihat masa depan media cetak melalui perkembangan teknologi yang telah ada.
            Namun, hal yang seharusnya menjadi pertimbangan juga adalah tidak semua pemilik telepon genggam memiliki budget tuk setiap hari melakukan aktivitas online. Dan berapa persenkah orang Indonesia yang sering menikmati fasilitas internet melalui telepon genggam? Karena boleh jadi di Indonesia, orang memiliki Handphone, namun pemanfaatannya lebih rutin ke aktivitas menelpon dan mengirim pesan pendek.
               Usul untuk segera menghentikan media cetak terbilang sulit. Boleh dikata, pemilik industri media cetak akan berpikir panjang. Tentu kerugian besar akan dialami oleh pemilik modal. Belum lagi, pendapatan iklan yang menjadi pertimbangan dan alat cetak yang harganya tidak murah. Dan ketika semua itu ditiadakan, kepala pendonor modal akan pusing seketika.
            Pertanyaan besar adalah tiba-tiba Andreas Harsono menyarankan hal ini. Padahal, semua orang tahu wacana ini sudah berkali-kali diperdebatkan. Bukan hal baru lagi di industri media. Dan hasilnya, beberapa pihak berpendapat media online dapat mendukung media cetak.  Ini tak terlepas dari pemilik modal yang melihat peluang bisnis yang masih bagus dari media cetak. Jadi, bagi mereka keduanya (online dan cetak) sama-sama menguntungkan, jadilah keduanya diajalankan.
            Media kampus pun seperti itu. Hadirnya digitalisasi tak serta merta membuat cetak dihentikan. Keberadaan media Online dan cetak akan saling mendukung. Kini, perkembangan media berada dalam masa transisi. Dari masa cetak ke online butuh proses dan masa transisi ini sedang dimanfaatkan tuk menikmati keunggulan masa media cetak yang disinyalir akan berakhir.
            Semakin beragam jenis media tuk belajar menulis lebih baik. Media cetak mengajarkan pembaca tuk teliti. Dibanding layar handphone atau monitor komputer, seseorang lebih tahan berlama-lama membaca koran. Penulis akan merasakan tanggung jawab yang besar jika tulisannya lebih diperhatikan dan dibaca dengan seksama. Berbeda dengan online yang mengedepankan kecepatan update dan tentunya kecepatan membaca oleh user.
            Media apapun jenisnya, selama masih ada sekelompok orang yang menikmati sajian informasinya, masih dapat dijadikan alternatif. Bagi media kampus, cetak tak menjanjikan dari segi keuntungan, berbeda dengan media mainstream yang melihatnya dari perspektif industri. Tapi, lebih dari itu, dengan hadirnya cetak dan dibantu dengan online, semakin beragam wadah tuk belajar menulis dan menuangkan ide-ide seksi, lebih baik.

Kesetiaan Metropolis

Saya terkekeh mendengar kisahnya. Ia seorang playboy, namun tak tahu menyentuh hati seorang wanita dengan romantisme pujian. Tiba-tiba saya pribadi kebingungan. Lantas apa yang membuatnya begitu memesona di hadapan wanita, bila ia tak pandai merayu.
Dia sudah berpacaran dengan banyak wanita, tapi menenangkan satu wanita yang sedang bersedih dia tak mampu. Ia memilih tuk meninggalkan dan menghindarinya. Karena ia yakin semuanya akan baik-baik saja keesokan harinya. Dan memang benar, kekasihnya sudah merasa baikan dan menyapanya lagi dengan senyuman. Tak lagi mempersoalkan mengapa kemarin ia menangis dengan sedihnya.
Ia memang seorang playboy. Potensi tuk disukai oleh banyak wanita dimilikinya. Ia inginkan atau tidak, tetap saja ia selalu memesona oleh wanita-wanita disekelilingnya. Dan tentu saja, kekasih-yah kekasih yang ia proklamirkan risih dengan kondisi ini. Rasa takut kehilangan membuatnya possesive. Dan kekasihnya mulai mendikte ketika  tak lagi mulai percaya dengan kesucian cinta mereka. Dalam beberapa kesempatan, dia-rekan saya si playboy-mengecewakan kekasihnya dengan bermain cinta dengan wanita lain.
Heran melihat dia tak bisa memberikan kehangatan dan rasa aman bagi kekasihnya. Ia tak dapat menjadi tempat berlindung bagi kekasihnya-orang yang seharusnya ia cintai dan kasihi. Alasannya, ia tak ingin mendengar kalimat menyeramkan dan kasar dari bibir seorang wanita ketika ia menenangkan wanita. Menurutnya, ketika menenangkan wanita, ia kerap dimuntahi kalimat tak menyenangkan dan hal itu bisa membuatnya sedih. Ternyata dia belum memahami esensi mencintai dan dicintai. Selain itu dia juga belum tahu bagaimana perlakuan agar wanita bisa merasa aman disampingnya. Yang dipikirannya adalah bagaimana ia menjaga agar perasaannya tidak sakit. Padahal, ia tak tahu bahwa kekasihnya menangkup rasa sakit yang luar biasa yang sewaktu-waktu akan menjadi bom waktu.
Apakah konsep kesetiaan yang digunakan tuk lelaki semacam ini adalah kesetiaan metropolis? Seperti konsep kesetiaan luna maya kepada ariel peterpan. Walau ia tahu mereka berdua bermain cinta dengan pasangan yang lain, mereka tetap saling setia dengan beralasan bahwa seperti inilah konsep kesetiaan mereka. Mencintai dengan melakukan pemakluman terhadap kondisi diluar kehendak mereka.
Si playboy-rekan saya-kerap mengatakan, wanita yang menghampiri saya. Mereka yang menggandeng tangan dan kerap memanggil nama saya dengan nada agak seronok. Dan ia berargumen itu bukan kesalahannya. Karena dirinya pun tak menginginkan hal itu, seperti ariel dan luna maya yang tak menginginkan kondisi seperti itu. Alibinya terbilang kuat, jadi yang harus lebih kuat adalah orang yang berada di sampingnya. Kuat menahan semua kabar, hingga melihat dengan mata telanjang ia bermain cinta dengan wanita lain.
Awalnya saya menganggap rekan saya itu, hanya ingin dikata. Merasa disukai oleh banyak wanita. Memang, ia termasuk lelaki yang memiliki daya tarik. Lalu kenapa ia tak memilih wanita yang mengejar-ngejarnya saja. Memilih wanita polos dengan konsep cinta dan kesetian lama, hanya membuatnya kekasihnya menjadi korban kesetiaan.

Selasa, 01 Maret 2011

Aborsi, Tak Punya Nurani

Tak habis pikir seorang manusia dengan tega mematikan nyawa baru yang seharusnya bisa bernafas lega di muka bumi ini. Sontak, nurani begitu mengecam tindakan pembunuhan terhadap bayi mungil yang seharusnya menikmati kasih sayang ilahi dari rahim seorang wanita. Aborsi, seperti inilah masyarakat mengenali tindakan tak berprikemanusian ini.
Karena status, masa depan, dan kondisi membuat seseorang yang belum menginginkan bayi mungil dengan tega melakukan hal ini. Tak habis pikir, seseorang yang berintelek pun mudah melakukan tanpa memikirkan nyawa sang bayi. Hemat kata, tak ada pembenaran alasan apapun tuk membunuh bayi hasil adu kasih sepasang kekasih, walaupun itu ilegal.
Miris, ketika seseorang melakukan tindakan ini. Kesedihan menyeruak atas nama kemanusian. Setega itukah manusia zaman sekarang? Peradaban maju yang tak diikuti nurani dan perikemanusian. Kesalahan yang ditutupi dengan kefatalan, bukankah ini hal yang sangat menyedihkan? Lalu mengapa masih ada manusia yang setega itu?
Dia, saya mengenalnya. Dia pernah melakukan Aborsi. Menurutnya, ia diminta oleh kekasihnya tuk melakukan tindakan beresiko itu. Kekasihnya tak mau bertanggung jawab karena menyangkut masa depan dan nama baik keluarga. Dan ia juga menyetujui keputusan ini karena ia takut mempermalukan keluarganya di kampung. Apalagi keluarganya termasuk keluarga terpandang. Keluarga si lelaki juga mengetahui hal ini. Namun, keluarga orang tuanya tak mendukung bila mereka harus menikah.
Sebaliknya, si lelaki mengatakan dia sempat melamarnya tuk menikah. Namun kekasihnya tak mau. Mungkin saja si wanita sudah terlanjur sakit hati dengan sikap plin-plan si lelaki sewaktu mereka pusing dengan jabang bayi yang menghantui mereka. Dan ingin memberikan pelajaran kepada si lelaki bila bukan hanya dia satu-satunya lelaki di dunia ini. 
Aborsi mereka lakukan tuk menutupi aib mereka. Padahal bayi di dalam kandungan si wanita juga berhak merasakan hidup di dunia ini. Sungguh, perbuatan dosa yang ditutupi dengan tindakan pembunuhan. Mereka berdua tak menyadari mereka telah menjadi pembunuh. Apalagi mereka tak merasa bersalah sedikit pun. Aneh, mereka malah mempersoalkan sakit hati yang tersisa karena perjalanan kasih mereka yang hancur gara-gara jabang bayi yang tak diharapkan.