About Me

Foto saya
makassar, Sulawesi selatan, Indonesia
Saya mencintai petualangan... otomatis saya menyukai tantangan.. Go Fight!

Translate

Minggu, 27 Maret 2011

Cetak ke Online Masih Transisi

Ketika Andreas Harsono mengunjungi beberapa tempat tuk berdiskusi di Makassar, ia kerap menyampaikan agar media cetak dihentikan dan mulai fokus dengan media online. Pesan yang disampaikannya pun mendapat respon dari berbagai kalangan. Tak terkecuali di identitas, pernyataan wartawan kawakan jebolan Pantau ini sulit untuk segera dilakukan.
            Diskusi mengenai hal ini bukan pertama kalinya.  Pernah, dua tahun silam di Graha Pena, diskusi serupa dilakukan. Namun, pada saat itu masih banyak pihak yang menilai bahwa media cetak akan bertahan beberapa puluh tahun lagi. Tentunya dengan pertimbangan, kebiasaan orang yang membaca media cetak, tak semua orang bisa mengakses internet tuk online, dan berbagai pemikiran lainnya.
            Membantah media cetak yang masih akan eksis, ia mengatakan, google telah memperkirakan di Indonesia ada 225 juta telepon genggam dan 80 persen bisa terkoneksi dengan internet. Data ini menjadi masa depan bagi media online. Menurutnya, industri media yang ada di Makassar segera melihat masa depan media cetak melalui perkembangan teknologi yang telah ada.
            Namun, hal yang seharusnya menjadi pertimbangan juga adalah tidak semua pemilik telepon genggam memiliki budget tuk setiap hari melakukan aktivitas online. Dan berapa persenkah orang Indonesia yang sering menikmati fasilitas internet melalui telepon genggam? Karena boleh jadi di Indonesia, orang memiliki Handphone, namun pemanfaatannya lebih rutin ke aktivitas menelpon dan mengirim pesan pendek.
               Usul untuk segera menghentikan media cetak terbilang sulit. Boleh dikata, pemilik industri media cetak akan berpikir panjang. Tentu kerugian besar akan dialami oleh pemilik modal. Belum lagi, pendapatan iklan yang menjadi pertimbangan dan alat cetak yang harganya tidak murah. Dan ketika semua itu ditiadakan, kepala pendonor modal akan pusing seketika.
            Pertanyaan besar adalah tiba-tiba Andreas Harsono menyarankan hal ini. Padahal, semua orang tahu wacana ini sudah berkali-kali diperdebatkan. Bukan hal baru lagi di industri media. Dan hasilnya, beberapa pihak berpendapat media online dapat mendukung media cetak.  Ini tak terlepas dari pemilik modal yang melihat peluang bisnis yang masih bagus dari media cetak. Jadi, bagi mereka keduanya (online dan cetak) sama-sama menguntungkan, jadilah keduanya diajalankan.
            Media kampus pun seperti itu. Hadirnya digitalisasi tak serta merta membuat cetak dihentikan. Keberadaan media Online dan cetak akan saling mendukung. Kini, perkembangan media berada dalam masa transisi. Dari masa cetak ke online butuh proses dan masa transisi ini sedang dimanfaatkan tuk menikmati keunggulan masa media cetak yang disinyalir akan berakhir.
            Semakin beragam jenis media tuk belajar menulis lebih baik. Media cetak mengajarkan pembaca tuk teliti. Dibanding layar handphone atau monitor komputer, seseorang lebih tahan berlama-lama membaca koran. Penulis akan merasakan tanggung jawab yang besar jika tulisannya lebih diperhatikan dan dibaca dengan seksama. Berbeda dengan online yang mengedepankan kecepatan update dan tentunya kecepatan membaca oleh user.
            Media apapun jenisnya, selama masih ada sekelompok orang yang menikmati sajian informasinya, masih dapat dijadikan alternatif. Bagi media kampus, cetak tak menjanjikan dari segi keuntungan, berbeda dengan media mainstream yang melihatnya dari perspektif industri. Tapi, lebih dari itu, dengan hadirnya cetak dan dibantu dengan online, semakin beragam wadah tuk belajar menulis dan menuangkan ide-ide seksi, lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar