About Me

Foto saya
makassar, Sulawesi selatan, Indonesia
Saya mencintai petualangan... otomatis saya menyukai tantangan.. Go Fight!

Translate

Rabu, 01 Oktober 2014

Lagi, Parade Artis dalam Pelantikan Wakil Rakyat

Seperti biasa, saya membuka dinding facebook. Hal menarik pertama yang terposting di akun media sosialku adalah berita terkait pelantikan beberapa artis ibu kota sebagai anggota DPR RI. Setidaknya  18 artis tengah dilantik.

Beberapa tahun terakhir, masyarakat sangat senang memilih artis sebagai wakil rakyat mereka ketimbang memilih calon lain yang mungkin saja memiliki kompeten namun kurang familiar. Hal ini tentu menjadi sebuah diskursus yang menarik. Apakah bisa sosok yang biasanya berprofesi sebagai penghibur dan terbiasa dengan kehidupan mewah nan glamour mewakili suara-suara rakyat kecil. Tahu apa mereka soal harga bawang yang selangit ? ataukah gaji pas-pasan yang bahkan untuk membeli pakaian setiap bulan pun tidak tercukupi. Apakah mereka tahu susahnya rakyat kecil jika bbm naik? Lantaran biaya angkutan umum yang ikut-ikutan naik ?.

Kegetiran saya cukup beralasan. Para pemilih wakil rakyat senang memilih mereka yang wajahnya familiar di layar kaca. Saya berpendapat rakyat kita sangat hobi menonton ketimbang membaca Koran harian yang memuat opini para penulis yang kompeten. Dan diantara penulis-penulis itu boleh jadi ada yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Namun, bukan masalah familiar atau tidak, hanya saja masyarakat menyia-nyiakan hak politik mereka dengan memilih calon karena alasan tenar dan familiar, bukan karena kompetensi. Bersyukur saja jika sang popular memiliki latar pendidikan yang berkualitas. Nah, bagaimana jika mereka yang terpilih tidak bisa meninggalkan kehidupan mewah mereka ? darimana negara dapat membayar harga keterwakilan mereka padahal kita adalah negara miskin. 

Tidak sedikit artis yang membanting setir menjadi wakil rakyat terlibat dalam  kasus korupsi. tak hanya itu, artis yang memiliki suami dan kerja di pemerintahan tidak sedikit yang terlibat dalam kasus korupsi. Bisa jadi ini menjadi salah satu pembuktian bahwa mereka menjadi wakil rakyat dan tidak dapat meninggalkan kehidupan mewahnya. Bagaimana mungkin seorang wakil rakyat hidup lebih mewah dari orang-orang yang mereka wakili. Lalu bagaimana Negara harus membayar mereka untuk waktu yang mereka habiskan menyuarakan rintihan rakyat kecil ?. saya berharap, wakil rakyat adalah mereka yang sederhana, namun memiliki kompetensi dan mau bekerja untuk rakyat.

Urakan tapi Jujur

Saya memiliki seorang teman pria ketika masih mahasiswa. Dia urakan. Jarang masuk ke kelas. Kalaupun masuk, dia pasti terlambat. Di kelas dia sering bertanya kepada dosen mengenai hal yang belum di pahaminya. Namun, tak jarang dosennya malah marah kepadanya karena pertanyaannya yang tak kunjung berakhir, walau jam kuliah telah usai. Bagi sebagian dosen, dia salah satu mahasiswa yang terkenal. Yah, terkenal karena malas bukan karena kecerdasannya.

Diakhir pendidikan strata 1, ia hanya memperoleh IPK 2,7. Bayangkan, nilai di raportnya kalau bukan nilai D, pasti E. terkadang, saya tidak habis fikir. Kok bisa, ada mahasiswa jaman sekarang yang susah mendapatkan nilai. Padahal bila saya melihat teman-teman lain yang sedang kuliah nilainya baik-baik saja walau otaknya tidak encer amat. Untuk mendapatkan nilai yang cantik, mahasiswa cukup rajin hadir, rajin kerjakan tugas, dan ikut ujian walaupun hasil contekan.

Lalu saya pun bertanya kepada teman ku itu. Kenapa nilai kamu jeblok semua?. Lalu ia menjelaskan bahwa bila ia ujian ia tak mau seperti teman yg lain. Ia tak suka menyontek. Ia merasa lebih baik jujur dalam ujian dan mendapatkan nilai hasil usahanya sendiri. Bahkan tugas pun, jika dirinya tak mengerjakan, ia cuek dan tidak terpikirkan dalam benaknya untuk “meng-ctrl z” milik temannya.

Saat ini, sangat jarang mahasiswa yang memiliki kejujuran. Ambisi lebih penting, daripada hakikat kejujuran itu sendiri.