Saya memiliki seorang teman pria ketika masih mahasiswa. Dia urakan.
Jarang masuk ke kelas. Kalaupun masuk, dia pasti terlambat. Di kelas dia sering
bertanya kepada dosen mengenai hal yang belum di pahaminya. Namun, tak jarang
dosennya malah marah kepadanya karena pertanyaannya yang tak kunjung berakhir,
walau jam kuliah telah usai. Bagi sebagian dosen, dia salah satu mahasiswa yang
terkenal. Yah, terkenal karena malas bukan karena kecerdasannya.
Diakhir pendidikan strata 1, ia hanya memperoleh IPK 2,7. Bayangkan,
nilai di raportnya kalau bukan nilai D, pasti E. terkadang, saya tidak habis
fikir. Kok bisa, ada mahasiswa jaman sekarang yang susah mendapatkan nilai. Padahal
bila saya melihat teman-teman lain yang sedang kuliah nilainya baik-baik saja
walau otaknya tidak encer amat. Untuk mendapatkan nilai yang cantik, mahasiswa
cukup rajin hadir, rajin kerjakan tugas, dan ikut ujian walaupun hasil
contekan.
Lalu saya pun bertanya kepada teman ku itu. Kenapa nilai
kamu jeblok semua?. Lalu ia menjelaskan bahwa bila ia ujian ia tak mau seperti
teman yg lain. Ia tak suka menyontek. Ia merasa lebih baik jujur dalam ujian
dan mendapatkan nilai hasil usahanya sendiri. Bahkan tugas pun, jika dirinya
tak mengerjakan, ia cuek dan tidak terpikirkan dalam benaknya untuk “meng-ctrl
z” milik temannya.
Saat ini, sangat jarang mahasiswa yang memiliki kejujuran. Ambisi
lebih penting, daripada hakikat kejujuran itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar