About Me

Foto saya
makassar, Sulawesi selatan, Indonesia
Saya mencintai petualangan... otomatis saya menyukai tantangan.. Go Fight!

Translate

Minggu, 27 Februari 2011

Indonesia dan pergolakan di Mesir

Negara seribu menara sedang kacau. Negara yang dikenal dengan piramid giza itu, sedang berada dalam kondisi yang mencekam. Perjarahan dan kejahatan terjadi di beberapa titik. Situasi keamanan yang tak menentu membuat warga hidup dalam ketakutan. Kondisi ini terjadi karena bentrokan yang memanas selama beberapa hari di Mesir. Lapangan Tahrir, Kairo pun menjadi saksi bisu gerakan anti pemerintah yang sedang berlangsung. Lapangan ini menjadi pusat bergolaknya kekerasan antara kelompok penentang dan pendukung Presiden Mesir, Mohamed Hosni Mubarak.
Masyarakat mesir sedang melakukan revolusi. Sejak 25 januari, Mesir mengalami keguncangan. Tuntutan kelompok anti-pemerintah agar Hosni Mubarak lekas turun dari kursinya menelan ratusan korban. Sekira 4 ribu demonstran turun ke jalan menyatakan ketakpuasan mereka dengan rezim penindasan yang dilakukan oleh presiden yang telah menjabat selama lima periode tersebut. Ketakpuasan ini berawal dari penindasan berupa kemiskinan yang meluas, dan korupsi yang merajalela.
Mohamed Hosni Mubarak, telah menjadi Presiden Mesir selama kurang lebih 30 tahun. Sejak terpilih pada 1981, Pasca pembunuhan Presiden Mohammed Anwar El-Sadat, Mubarak menjalankan kekuasannya dengan sistem Semipresidensial Multipartai. Idealnya sistem kekuasaan ini dibagi antara presiden dengan perdana menterinya. Namun, dalam kenyataannya kekuasaan terpusat pada presiden. Dan hal inilah yang memicu revolusi yang kini terjadi di Mesir. Kekuasaan yang terpusat pada presiden membuat rakyat mesir didera kemiskinan dan korupsi yang merajalela.
Tuntutan rakyat mesir kini adalah Mubarak dapat segera turun dari kursinya. Namun, Mubarak malah menolak lengser dan berjanji tak akan maju dalam pemilihan presiden September nanti. Kelompok anti pemerintah pun merasa geram dan terus melakukan aksi kekecewaan mereka. Nyawa dan pertumpahan darah pun tak dapat dielakkan lagi.
Setelah 18 hari melakukan aksi penolakan terhadap Mubarak dan antek-anteknya, berbuah kursi kepemimpinannya goyah dan ia harus mundur dari jabatannya pada Jumat (11/2). Masyarakat Mesir pun bereforia merayakan kemenangan ini dan mereka mulai mengharapkan hidup yang lebih baik. Namun, rakyat Mesir tak cepat puas karena mereka tak menerima pidato Mubarak yang tak memenuhi keinginan rakyat.
Walau demikian Setidaknya kini masyarakat Mesir bangga menjadi bagian dari revolusi yang terjadi di Negara yang dialiri Sungai Nil tersebut. Hasil perjuangan mereka, walau telah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan orang, hasil perjuangan mereka kini telah menumbangkan rezim yang telah menindas mereka selama ini.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? posisi Indonesia kini tak jauh berbeda dengan Mesir. Bila karut marut Mesir berada pada urutan ke 40-an, maka Indonesia berada pada urutan 60-an. Korupsi dan kemiskinan juga semakin merajalela. Angka kemiskinan yang berkembang di masyarakat, kenyataannya dua kali lipat dari angka yang pernah disebutkan oleh presiden sebagai salah satu keberhasilan dalam pemerintahannya. Dan ternyata itu semua hanya upaya pembohongan belaka. Angka sekitar 31,02 juta ditunjukkan oleh data dari Badan Pusat Statistik dari Sensus Penduduk 2010, padahal angka sebenarnya mencapai 60 jutaan lebih.
Sulitnya kehidupan di Negara yang dikenal dengan istilah gemah ripah ini juga ditandai dengan biaya hidup yang melangit. Masyarakat mulai tak dapat menjangkau harga-harga kebutuhan pokok yang ditawarkan oleh pasar. Dan daya beli mayarakat pun menurun karena ketakmampuan memperoleh pendapatan yang layak. Komplitlah penindasan yang terjadi. Korupsi, kemiskinan dan penderitaan menjadi satu kesatuan.
Kini, Indonesia sedang berdiam diri. Entah kapan, rakyat akan seberani dan serevolusioner masyarakat Mesir. Kondisi Mesir dan Indonesia tak jauh berbeda. Kini, Bangsa Indonesia belum melakukan apa-apa. Dan tak akan lama lagi Indonesia akan melakukan hal yang sama. Tak dapat dipungkiri, penolakan penindasan yang terjadi akan lebih ekstrim dari aksi yang dilakukan oleh rakyat Mesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar