Hari itu, jam di ruangan 301 menunjukkan angka 15.00 WIB. Seorang dosen dengan setelan kemeja dan rambut agak putih masuk ke dalam ruangan sambil membawa tas hitam. Pelan tapi pasti, bapak yang juga seorang dokter ini memberikan materi dengan gayanya yang nyentrik serta selengean. Kami, mahasiswanya tidak kaget lagi, maklum dialah dosen yang kerap memberikan materi kesehatan lingkungan di kelas kami, Kelas Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Sesekali agar kami tidak bosan, ia memberikan guyonan yang reflektif. Sungguh Belajar dari guru yang satu ini memang terbilang membutuhkan kacamata tersendiri untuk memahami apa yang diucapkannya. Bagi orang yang pemikirannya belum sampai, tak akan paham dengan apa yang ia ucapkan. Bapak yang menjadi sahabat bagi para tukang becak di Jogjakarta ini sering mengeluarkan pesan yang eksplisit. Jadi, pendengarnya juga harus siap dengan kesiapan methapora berpikir.
Kala itu di tengah penjelasannya mengenai paparan gelombang radiasi alat-alat elektronik di kehidupan manusia, Ia yang selalu bercerita soal kucing kesayangannya ini mengatakan, "dulu Nabi Muhammad pernah mengatakan bahwa tanda-tanda kiamat itu jika telah banyak bangunan rumah yang bertingkat-tingkat (bersusun).
Pikiranku pun melayang, merefleksikan kata-kata bapak ini. Karena terlalu sering melihat slide gambar tumpukan sampah yang mulai menggunung di beberapa pertemuan kesehatan lingkungan, saya pun merenung dan berpendapat bahwa sebenarnya tanda-tanda kiamat itu bila dimana-mana timbunan sampah sudah setinggi rumah bertingkat.